Rabu, 17 September 2025, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat menggelar kegiatan Penguatan Kapasitas dan Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Potensi Flora dan Fauna di Lokasi Kawasan Ekosistem Penting Habitat Mangrove dan Koridor Buaya Muara melalui Batik Ecoprint Tahun 2025 di Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan.
Acara yang dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, Dr. Ferdinal Asmin, S.TP., MP, dihadiri oleh Kepala UPTD KPHP Pesisir Selatan, Wali Nagari Sambung, Serta praktisi ecoprint Hanum Ecoprint – Dori Hendrianto yang sekaligus narasumber utama dalam pelatihan Batik Ecoprint
Dalam sambutannya, Ferdinal menekankan pentingnya ekosistem mangrove sebagai pelindung pantai, penyerap karbon, serta habitat satwa dilindungi, termasuk buaya muara (Crocodylus porosus). Namun, meningkatnya interaksi manusia dan buaya menimbulkan konflik yang perlu dikelola secara bijak.“Konflik satwa dan manusia merupakan isu konservasi yang kompleks. Kita wajib melindungi satwa liar, tetapi keselamatan masyarakat juga harus diutamakan. Karena itu, penguatan kapasitas sumber daya manusia menjadi kunci,” ujarnya.
Ferdinal mengungkapkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat yang mencatat 16 kasus konflik satwa liar terjadi di Sumbar sepanjang Januari–Juni 2025. Kondisi ini menegaskan urgensi pelatihan dan peningkatan keterampilan masyarakat dalam penanganan konflik satwa, khususnya buaya muara.
kegiatan yang digelar selama 3 (tiga) hari dari Tanggal 17 s/d 19 September 2025 ini mengedepankan pemanfaatan potensi flora dan fauna melalui inovasi batik ecoprint, diikuti oleh 30 orang peserta dari masyarakat Nagari Sambungo Kecamatan Silaut yang merupakan Kawasan Ekosistem Penting (KEP) Habitat Manggrove dan Koridor Buaya Muara di Nagari Sambungo Kecamatan Silaut Kabupaten Pesisir Selatan. Peserta mendapatkan pelatihan teknik pemilihan bahan kain dan cara menghasilkan motif alami dari dedaunan serta bunga sekitar. “Batik ecoprint mampu memberikan nilai tambah ekonomi tanpa merusak alam, sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum penting untuk memperkuat jaringan kerja, merumuskan aksi nyata, serta membuka peluang ekonomi baru yang ramah lingkungan. Dengan demikian, kelestarian mangrove dan koridor buaya muara dapat terjaga sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.