Potret Sehari
Tgl. 3-4 Agustus 2019, kami sebanyak 30 org, yang terdiri dari 12 org tim pendukung dan 18 tim utama termasuk didalamnya Bpk. Yozarwardi Yoz (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat), melakukan perjalanan yang sangat RUAAARRR BIASA, yang kami tempuh dengan sepeda motor jenis Trail, dari Nagari Talang Babungo, berjarak kurang lebih 28 km, dengan intasan yang sangat ekstrim, penuh tanjakan dan turunan yang terjal, jalan berlumpur, dan terkadang harus melintasi anak sungai dan jembatan kayu seadanya, tak jarang banyak anggota tim terperosok pada lumpur jalanan yang dalam dan terjatuh di tanjakan dan trurunan bahkan ada yang tersungkur, namun tidak menyurutkan hati kami untuk mencapai Nagari Garabak Data, sebuah Nagari yang indah dan asri, nan jauh dari kebisingan kota, dengan udara yang segar, dikelilingi hutan yang lebat, hamparan sawah, aliran sungai yang jernih, dengan suara alam yang khas dari berbagai jenis binatang, serta sapa ramah masyarakat yang penuh kesederhanaan.
Sebuah catatan diskusi : Bpk Kepala Dinas, mengajak seluruh unsur masyarakat Garabak Data untuk bersama sama dengan Dinas Kehutanan menjaga keberdaan dan kelestarian hutan dari berbagai ancaman kerusakan baik yang diakibatkan illegal logging, perambahan dan kebakaran hutan, dan terkait dengan peningkatan ekonomi masyarakat dan hak kelola atas kawasan hutan akan difasilitasi melalui Program Perhutanan Sosial. Hal yang paling diinginkan masyarakat adalah akses jalan, terkait hal ini Dsihut telah memberikan pertimbangan teknis Pinjam Pakai Kawasan Hutan, mudah2an IPPKH-nya segera diterbitkan oleh Kementerian LHK.
Perjalanan pulang kami akses melalui rute Garabak Data- Batu Bajanjang dengan jarak tempuh + 16 km, meskipun rutenya lebih pendek tapi lintasannya jauh lebih ekstrim , sehingga jatuh dan tersungkur jadi yang biasa (untung pakai airbag).
Simpulan : Nagari Garabak Data telah ada jauh sebelum Tim peneliti Centraal Sumatra Expeditie dari Universiteit Leiden yang dipimpin A. L. van Hasselt, yang dibantu sepenuhnya oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, mengunjungi nagari ini pada tahun 1877-1878, dan setelah 142 tahun berlalu Nagari ini tetap nagari terluar, terjauh, terpencil dan terisolir di Kabupaten Solok #Rimbawanjaya